Monday 25 February 2019

Cerpen: WANITA PERTAMA #WP6



WANITA PERTAMA #WP6

Lega, setelah air mata kering Qinrana melanjutkan kembali sesi sore seminar di M suite hotel. Ia tidak sempat mencicipi makanan yang di sediakan oleh panitia. Selera makan nya hilang.

Qinrana duduk sambil membuka buku notes nya. Buku yang memiliki wallpaper pesona kota Ambon manise. Di tempat itu lah sang penggenap jiwa berada. Agar waktu tidak terbuang sia-sia, Qinrana menulis kembali intisari seminar pagi tadi. Semoga dengan ini, ia bisa ketepikan kenangan yang tak pantas di kenang itu.

Memori nya pergi ke masa lalu yang indah itu, yang membuat hati semakin rindu

---------------------------------------------------------------------------

Saat itu, Qinrana hampir menyelesaikan projek sarjana muda (PSM, di Indonesia di kenal dengan skripsi). Yang tak pernah ia bayangkan akan secepat itu waktu berlalu. Padahal baru saja ia menikmati masa-masa saat pertama kali datang ke Johor bahru.

Sebenarnyaa Qinrana satu laboratorium dengan Imron. Namun tak pernah ada sapa maupun kata-kata. Hingga suatu hari, Qinrana harus menggunakan kit ekstraksi DNA untuk eksperimen terakhir. Yang punya kit tersebut, hanya Imron. Mau tidak mau, harus ada kata yang di ucap kan.

Imron sedang serius membuat pekerjaan di laminar airflow. Qinrana memberanikan diri,karna sungguh, bekerja dengan sesuatu mikrobiologi butuh perhatian dan ketelitian yang totalitas. Ia takut mengganggu Imron.

"Maaf kak Imron mengganggu. Saya harus membuat ekstraksi DNA dari sampel saya. Prof. Aina meminta saya untuk bertanya pada kak Imron."

Bagi Imron, ini hal yang paling mengejutkan. Dalam diam, di sela-sela peralatan rak laboratorium, ia memperhatikan Qinrana. Ingin membantu eksperimen Qinrana, namun takut setan menggoda terlalu keras sehingga jatuh modus. Ingin sekedar sapa, namun takut rasa ini terlalu subur. Lebih baik menunduk kan pandangan. Karna ia tau, itu yang lebih baik.

"Oh... iya." Imron meletakkan pipet mikro dan membuka sarung tangan karet nya.

"Kamu mau pake sekarang?" Imron bertanya.
"Ah, konyol sekali pertanyaan mu Imron." Gerutu Imron dalam hati.

"Iya kak, saya mau langsung pake hari ini." Pelan, Qinrana menjawab.

Imron berjalan menuju lemari lab nya.

"Ini... Tapi prosedur nya ada di laptop saya. Saya kirim ke email kamu aja gimana?"

"Iya boleh kak. Saya boleh minta nomor Whatsapp kak Imron gak? Jadi misal ada hal-hal yang Prof. Aina katakan bisa langsung saya konsultasi ke kakak."

Imron menulis di kertas nomor Whatsapp nya.

"Terimaksih kak."

Sebulan kemudian, Qinrana akhirnya menyelesaikan PSM. Tinggal menunggu jadwal viva (sidang). Ia mendapat telpon dari bapak nya.

"Assalamu'alaikum pak, iya pak Alhamdulillah Qinrana tinggal menunggu jadwal sidang pak." Senyum bahagia kirana bermekaran.

"Wa'alaikummussalam nak, iya Alhamdulillah bapak ikut seneng. Ini nak maaf ada hal penting yang tidak bisa bapak sampai kan secara langsung. Ini bapak bicarakan di telpon. Semoga kamu mengerti."

Qinrana terdiam. Jantung nya tidak karuan.

"Ada biodata yang masuk ke bapak lewat pakde mu. Ibu dan bapak gak kenal orang nya. Tapi kata bude kamu, dia ini orang nya baik, sholih dan pinter. Anak ini tetangga pakde mu. Bapak sih seneng nak, cuma bapak mau istikharah dulu. Kamu gimana? Mau baca biodata nya dulu ndak?"

Tanpa bahasa, Qinrana masih terdiam.

"Yaudah pak, bentar lagi Qinrana juga mau sidang. Udah mau lulus S1. Kalau memang jodoh sudah datang, ya kita sambut pak. Qinrana mah manut wae apalagi rekomendasi bude dan pakde dan juga bapak ibu sudah mantep. Besok minta dia datang ke rumah buat ta'aruf sama ibu dan bapak. Kasi kan foto Qinrana ke dia. Tolong tanyain ke dia, mau tidak membangun sekolah peradaban sama Qinrana? Dan jelaskan sama dia, Qinrana mau ikut tes fastTrack. Qinrana mau S3 di Malaysia. Boleh ndak? Gitu aja pak."

"Iya nak, nanti bapak bicara ke pakde mu."

Spontan Qinrana menjawab. Kenapa dia begitu yakin? Padahal belum membaca biodata pria itu. Padahal, dia mempunyai rasa dengan pria lain.

"Ah... tidak bisa begini. Harus realistis. Membangun cinta lebih tepat rasanya daripada jatuh cinta. Toh, belum tentu dia juga jadi jodohku. Dan cinta ini, hanya untuk suami ku." Gumam nya dalam hati.

-------------------------------------------------

Suara MC menyadarkan lamunan Qinrana akan masa lalu yang indah itu. Hati nya kembali tenang. Senyum kembali merekah di wajah nya. Namun ada sepasang mata yang menyoroti Qinrana. Lekat, dari kejauhan. Hingga tanpa sadar, sorot mata itu menumpahkan bulir beningnya.

"Brakallahuma...bahkan aku tidak tau apa aku pantas bahagia dengan berita ini?" Arrash, dalam hati nya tersebut kata yang tak biasa.

*to be continue

**laminar air flow: peralatan lab untuk pekerjaan mikrobiologi

Cerpen: WANITA PERTAMA #WP5



WANITA PERTAMA #WP5

Senyum mekar di bibir Qinrana menemani perjalanan dari rumah ke M suite hotel Johor Bahru. Qinrana terbayang akan angan-angan ia bertemu dengan sang penggenap jiwa, setelah 7 bulan lama nya tidak bertemu.

Bayangkan saja, kehamilan pertama harus di jalani sendiri, tanpa sang suami di sisi. Karna bagi Qinrana, kehamilan ialah sebuah kabar bahagia yang tidak pantas di jadikan beban. Tidak ada guna mengeluh atas nestapa yang menimpa. Karna sejati nya semua ini ialah nikmat dari Rabb semesta alam.

Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit, Qinrana akhirnya sampai di M suite hotel. Ia melangkah ke lobby hotel untuk melakukan registrasi. Setelah melakukan registrasi, ia pun menuju ke ruangan seminar.

M Suite hotel terdiri dari 15 lantai. Bangunan tidak terlalu besar dan desain interior yang standar. Yang menarik ialah di sepanjang dinding lobby terpajang lukisan-lukisan dengan tema abstrak.

Qinrana duduk di dalam ruangan seminar sambil menunggu acara di mulai. Acara seminar akan berlangsung selama 2 sesi, yaitu sesi pagi dengan topik pengembangan inovasi bioteknologi dan sesi sore yaitu launching produk.

Qinrana sangat fokus dan menikmati seminar di sesi pagi. Hingga saat jam istirahat, ia di panggil oleh manajer perusahaan.

"Qinrana, come here. I will introduce you to our affiliate." Pria bernama Mr. Wong itu menyapa.

"Yes sure."
Tanpa disadari Qinrana kaget, karna di antara 3 orang affiliasi Mr. Wong itu, sepasang mata yang ia kenal. Lekat.

"Yes Qinrana, this is Mr. Patrick, Mr. Aiman and Mr. Arrash Ali. You know this is Qinrana, she is excellent student and my loyal customer." Mr. Wong menjelas kan dengan singkat.

Seketika waktu berhenti. Qinrana tercekat. Ada apa ini? Sepasang mata itu, lekat menatap Qinrana dan kehamilannya.

"Apa kabar Qin?" Arrash mencairkan suasana.
Qinrana masih diam. Perasaan yang susah di jelaskan.
"Astagfirullah..." Ucap Qinrana dalam hati.
"Saya... Alhamdulillah baik." Datar, kirana tergagu.
"Sudah berapa bulan kehamilan?" Arrash tersenyum tipis.
"7 bulan, InsyaAllah."
"Semoga di lancarkan persalinan nya. Saya pamit mau sholat dzuhur ya. Assalamu'alaikum." Arrash pergi, seperti angin yang menyapu dedaunan, begitu saja berlalu.

Ah, apa yang dirasakan Qinrana seperti membuka lama. Tapi ia tau bahwa ini tidak benar. Ini tidak bisa di biarkan. Ia harus tetap profesional. Ia tidak boleh terbujuk rayuan setan. Mengubur dalam-dalam kenangan masa lalu, menjadi pilihan seumur hidup nya. Hidup dalam keridhoan kak Arda suami nya adalah keputusan yang tepat. Qinrana bergumam.

---------------------------------------

Saat sholat dzuhur di surau M suite hotel, Qinrana menangis dalam do'a. Dalam untaian rayuan terhadap Rabb nya.
"Ya Allah... tetapkan hati ini hanya pada agama mu."

Banjir, kali ini pipi merah jambu itu basah. Tapi bukan karna hal yang sama. Namun hal lain, yang Qinrana tak ceritakan kepada siapa pun.

Ada apa dengan Qinrana?

*to be continue

Cerpen: WANITA PERTAMA #WP4



WANITA PERTAMA #WP4

Hari ini Qinrana berencana untuk mengikuti seminar dari sebuah brand peralatan laboraturium. Brand tersebut ingin melaunching produk baru mereka. Produk yang berisi tentang kit perihal biologi molekular.

Qinrana tinggal di daerah lingkar dalam Universiti Teknologi Malaysia Johor Bahru. Tepatnya di Kolej Tun Fatimah, Blok H09. Rumah tersebut mempunyai 2 lantai. Lantai bawah terdiri dapur kecil, kamar mandi dan ruang keluarga. Di lantai atas ada dua kamar dan kamar mandi. Dia memilih rumah itu, untuk mempersiapkan kedatangan suami, serta buah hati yang sebentar lagi akan lahir, meski harga rumah itu cukup menguras dompet.

Sejak hamil Qinrana jarang sekali naik ke lantai atas. Cuma sesekali saja untuk mengambil barang yang penting. Biasanya ia akan istirahat di ruang keluarga.

Qinrana sudah bersiap-siap untuk pergi ke seminar. Dia akan naik grab, mengingat tempat seminar itu di M suite hotel johor bahru yang jaraknya 45 menit dari rumahnya.

"Duh, lupa pula kertas-kertas data kan masih di kamar atas. Ini gimana ya." Dia bergumam dalam hati.

"Bismillah aja deh."
Qinrana melangkahkan kaki nya pelan dengan perut nya yang semakin membesar dan pinggangnya yang semakin tertekuk.

Setelah sampai dia atas, ia melihat tumpukan kertas yang berlogo UTM. Ia mengambilnya. Ia turun kembali melewati tangga dengan tertatih-tatih. Tiba di pintu keluar,

"Astaghfirullah...ini kenapa basah. Tapi kan baru 7 bulan. Apa anak ku sudah mau keluar. Kakak, sudah mau ketemu ibu ya?" Ia berdialog dengan janin yang ada di perutnya. Ia mencoba tenangkan diri dan menarik nafas dalam-dalam. Segera di ambilnya kertas pH. Entah mengapa pikiran nya langsung menuju ke derajat ke asaman suatu cairan.

Qinrana pun mencelup kertas pH tersebut. Deg-deg-an melihat hasilnya dan ternyata pH 5.

"Ini air pipis." Seketika ia tertawa lalu segera mengganti celana dan gamisnya. Gerak tubuh nya tidak selincah dulu saat ia masih gadis. Kini ia membawa beban di tubuhnya namun di hati ia tak pernah merasa itu beban. Ini adalah hadiah. Ia pun memesan Grab di hp. Menunggu selama 10 menit, ia mengunci pintu dan duduk di teras depan rumah. Rumah yang berwarna oren bata itu menjadi saksi penantian akan kepulangan penggenap jiwa. Tiba-tiba masa lalu hadir di pikirannya. Kenangan-kenangan saat ia masih gadis.

----------------------------------------------------

"Qin, kita langsung naik bus ke D05 ya. Kan ada kelas bahasa Melayu."
"Oke Al."
Tak lama setelah percakapan Almeera dan Qinrana, bus pun datang.

Perjalanan dari fakultas sains (departemen biologi) ke akademi bahasa (D05) memerlukan waktu 15 menit. Di bus Qinrana sibuk membaca buku The Alchemist karya Paulo Coelho versi bahasa Inggris. Meski tak banyak yang ia mengerti, ia bertekad untuk terus mengasah skill bahasa bule tersebut.

Sesi perkenalan di kelas tampak biasa. Karna bahasa Melayu hampir mirip dengan bahasa Indonesia. Madam halimah mempersilahkan masing-masing mahasiswa untuk memperkenalkan diri.

"Name saye Qinrana Nur Islah. Saye pelajar sarjana muda sains biologi. Terimakaseh."
Fasih sekali ia memeperkenalkan diri.

"I am Arrash Ali. Student eh pelajar sains komputer, ehm bachelor degree eh sarjana muda. Thank you."

Sontak satu kelas pun tertawa kecil mendengar nya. Bagaimana tidak, pria yang memperkenalkan diri tersebut memiliki rupa yang menawan, bermata coklat, hidung mancung dan kulit bersih.

"Where are you from Arrash?" Madam halimah bertanya.
"I am from Qatar. But, actually my parents is Indonesian and I am also Indonesian so yaa thats long story."

Para gadis di kelas itu penasaran dengan pria bernama Arrash ini. Selesai kelas mereka menyapa hangat Arrash dan meminta nomor Whatsapp nya.

"Al, tumben kamu gak ikutan." Qinrana mengejek.
"Ah, gak tertarik aku tu. Aku sama kak Imron aja." Upss, Almeera kecolongan.
"Oh, sekarang kak Imron. Dulu si koko Yong Jin, sekarang kak Imron, ntar siapa lagi yaa."
"Apaan sih Qin, kok kamu nge bully aku."
Qinrana tertawa melihat temen nya bermuka masam.

"Ehh eh kalian kalian. Orang Indonesia juga kan?" Tiba-tiba Arrash berbicara dengan dua sekawanan itu.

"Iya, emang nya kenapa ?" Almeera menjawab.
"Boleh minta nomor hp kalian gak? Aku belum nemu temen-temen lain nih. Siapa tau ada grup khusus anak-anak Indonesia." Arrash merayu.

"Oh iya boleh-boleh." Almeera mengizinkan.
"Nih kamu masukin nomor kamu di hp aku ya." Arrash menyodorkan hp nya ke Almeera.

"Salam kenal ya Arrash, aku Almeera btw." Almeera menghulurkan tangan ke Arrash untuk bersalaman. Arrash meletakkan sepuluh jari nya ke dada nya.
"Salam kenal Almeera. Aku duluan ya."

Arrash pun berlari menuju parkiran.
"Cukup kaget well, dia penampilan gak kayak ikhwan-ikhwan gitu. Makanya aku berani mau salaman huft, duh jadi malu." Almeera menggerutu.

Sedangkan di sisi lain Qinrana hanya diam. Campur aduk. Entah perasaan apa ini. Bahagia? Khawatir? Ah, entahlah. Yang jelas fokusnya kali ini menyelesaikan S1. Urusan jodoh, hanya lelaki yang berani melamar dan satu visi misi dengan nya yang akan menjadi pilihan nya.

----------------------------------------------------

Grab pun sudah datang. Qinrana segera masuk ke mobil.
"Assalamu'alaikum kak, saya ke seminar di M suite hotel ya. Semoga kakak sehat dan lancar urusannya." Ia mengirim Whatsapp ke suami nya.

"Wa'alaikumussalam Qin, ini lagi ada sinyal internet. Iya hati-hati ya. InsyaAllah minggu depan saya ke Johor. Alhamdulillah izin ke dinas setempat sudah selesai. Saya ingin menemani kamu. Kamu tunggu dirumah ya. Saya akan di jemput sahabat saya. Salam rindu dari Ambon manise."

Senyum Qinrana merekah sempurna. Akhirnya, ia akan bertemu dengan penggenap jiwa nya.

----------------------------------------------------

*to be continue...

Cerpen: WANITA PERTAMA #WP3



WANITA PERTAMA #WP3

Di kantin depan bangunan fakultas, Almeera dan Qinrana sedang menikmati makan siang nya. Qinrana memilih nasi kerabu dengan lauk ayam goreng berempah, telor asin dan tak lupa sambal budu. Almeraa pula lebih memilih nasi briani dengan kari kambing tak lupa acar sayurnya.

"Ujian praktikum nya greget ya. Kita disuruh menghitung konsentarasi glukosa cuma dalam 1 menit." Almeera dengan semangat cerita ke Qinrana.

"Tadi aku tuh hampir salah, harusnya kan ditulis dulu equation nya...."

"Assalamu'alaikum."
Tiba-tiba ada yang memotong curhatan Almeera.

"Wa'alaikummussalam kak Imron." Almeera tiba-tiba tersenyum lebar.

Qinrana hanya diam sambil menikmati makanan. Suara pria tersebut tidak mengganggu konsentrasi nya.

"Eh Almeera, saya mau kembali kan ini. Sepertinya ini punya temen mu ya."

Almeera mengkerutkan dahi nya sambil melihat foto siapa yang ada di matric card itu.

"Oh yaaa, Qin ini punya mu. Ketinggalan ya pas ujian praktikum tadi."

Qinrana memandang pria itu. Ternyata pria itu ialah orang yang sama yang ia temui saat ujian praktikum. Pria bermata empat itu, memandang Qinrana dengan tulus.

"Oh iya. Thank You."
Jawab Qinrana singkat, lalu melanjutkan makan.

"Qin, kak Imron ini orang Indonesia juga, mahasiswa S3 disini. Dia fast-track lho, dari S1 langsung S3." Almeera semangat sekali menjelaskan.

"Oh..." Qinrana menjawab sambil mengangguk.

"Saya pamit ya Al dan siapa nama kamu tadi?"
Imron mengarah ke Qinrana.

"Saya rana, Qinrana."

Imron tersenyum tipis. Lalu pergi. Ada yang aneh dalam dirinya. Seakan bumi berguncang, padahal jantung nya lah yang berdebar.

"Siapa diri nya? Tampak seperti wanita biasa. Tapi apa? Dia wanita pertama berkerudung lebar dengan keluguannya. Astaghfirullah Imron. Hush." Imron berbicara sendiri sambil menepuk jidatnya.

"Qin, kamu kok jutek banget sih dengan kak Imron. Ramah dikit napa!" Almeera menggerutu.
Qinrana tidak menjawab, hanya mengernyitkan dahi nya.

"Jutek, perasaan biasa aja." Jawabnya dalam hati.

--------------------------------------------------------

Saat senja tiba, Qinrana belum juga pulang dari laboraturiumnya. Ia terkenang saat pertama kali bertemu penggenap hidupnya. Kisah lama yang tidak ia duga sama sekali.

Agar kesedihan tidak berlarut-larut dia mengalihkan semua itu dengan mengerjakan kerja lab dan thesisnya. Meski, setiap hari saat matahari terbenam dan kegelapan menyelimuti bumi, air mata nya mengalir. Merindukan penggenap agama nya. Suaminya, yang sedang berjuang di Kepulauan Maluku, Indonesia.

*To be continue

***
Nasi Kerabu: Nasi berwarna biru khas dari Kelantan Malaysia
Budu: Teri fermentasi
Nasi Briani: Nasi khas makanan India

Cerpen: WANITA PERTAMA #WP2



WANITA PERTAMA #WP2

Wanita pertama itu masih sibuk membereskan peralatan laboraturiumnya. Dia membawa keranjang perlatan tersebut ke ruangan sterilisasi barang. Autoclave digunakan untuk mensterilkan peralatan itu. Autoclave akan bekerja lebih kurang 2 jam, ada waktu kosong bagi Qinrana untuk melakukan pekerjaan lain. Ya, Qinrana harus bisa multitasking agar thesis Phd nya segera selesai.

Qinrana, sambil menunggu autoclave, ia berencana untuk menulis review paper di ruangan diskusi. Qinrana berjalan perlahan sambil memandangi atrium di fakultasnya yang penuh keramaian mahasiswa S1.

Bangunan fakultas Qinrana mempunyai desain yang cukup unik. Secara umum, bangunan berwarna abu tua itu berbentuk segi empat, menyisakan ruang kosong di tengah sebagai atrium. Terdiri dari 5 lantai, 2 lantai pertama agak condong setengah lingkaran di bagian depan.

Saat pertama kali datang ke fakultas, maka yang terlihat adalah susunan kaca dan tangga yang melingkari pintu luar setiap lantai. Fakultas Qinrana memiliki sejumlah laboratorium, maka tak heran kalau ke fakultas tersebut rasanya seperti di bangunan Rumah Sakit.

Adalah pemandangan yang menghibur bagi Qinrana, melihat keramaian di atrium. Senyum Qinrana mengembang. Saat ia membuka laptopnya, tiba-tiba muncul notifikasi. Ada surat elektronik yang masuk.

"Assalamu'alaikum Qinrana, Alhamdulillah proposal izin pembangunan sekolah sudah diterima oleh pemerintah daerah Ambon. Setelah ini saya akan bersiap untuk komunikasi dengan Dinas Pendidikan Daerah dan Kementrian Pendidikan Pusat. Doakan saya. Sa Su Sayang Ko. :D"

Qinrana tersenyum lebar saat membaca pesan tersebut. Bahagia mendengar kabar baik itu. Tak terasa bulir bening membasahi pipi nya. Di sisi lain ia sedih. Merasa tak berjuang bersama. Padahal itu cita-cita mereka berdua. Ya, itu adalah surat elektronik dari suaminya.

"Kak Arda, saya rindu." Qinrana menutup matanya, tak sanggup menahan deras sungai air mata.

-------------------------------------------

Qinrana sangat terburu-buru saat mengerjakan ujian praktikum. Karna ia tak ingin kehabisan waktu. Di ujian praktikum ini dia harus full score. Target IPK beasiswa nya harus tercapai setiap semester.

Pria bermata empat itu terus memperhatikan Qinrana. Terheran, akan polosnya gadis itu.

"Are you sure for the answer?" Kalimat pertama untuk wanita pertama, yang ia lihat berkerudung lebar.

Qinrana hanya mengangguk sambil tersipu malu. Di sisi lain ia harus tetap fokus dengan ujian praktikum nya.

"Fiuh...Alhamdulillah selesai juga."
Qinrana lega karna ujian praktikum mata kuliah biokimia kali ini cukup mendebarkan. Ia harus mengerti prinsip dasar tentang senyawa karbohidrat, protein dan lemak serta bagaimana mendeteksi nya dengan menggunakan enzim. Belum lagi analisis standar kurva. Butuh ketelitian.

"Qin, ke kantin yuk. Laper nih. Kamu udah siap ujian praktikum kan?" Almeera memasang muka melas.

"Iyelah tu." Qinrana mencoba berbicara dengan logat Melayu.

"Hey, you left your matric card and notes!"
Pria bermata empat itu mencoba memangil Qinrana.Tetapi, Qinrana tidak mendengarnya.

Qinrana, wanita yang ceria. Sedang menjalani pendidikan S1 Bioteknologi di Universiti Teknologi Malaysia, Johor Bahru dan mendapat beasiswa. Sungguh banyak kejutan dalam hidupnya.

--------------------------------

"Sampai saat ini masih banyak kejutan dalam hidup saya. Mulai dari studi S3, pernikahan, kehamilan, bahkan yang paling tidak saya duga ialah jarak yang menyekat kebersamaan, namun menghulurkan kerinduan. Padamu, kak Arda."

Qinrana menulis di buku notes dengan wallpaper pemandangan pantai Ambon. Saat jari tanganberhenti menulis, namun mata tak berhenti mengeluarkan bulir bening.

---------------------------------

***
Autoclave : Alat untuk mensterilisasi perlatan laboraturium dengan suhu yang sangat tinggi.
Phd : Doctor of Philosophy (S3)
Review paper : Artikel Ilmiah
Surat Elektronik : Email
Atrium : Ruangan besar biasa digunakan untuk acara/kegiatan
IPK : Indeks Prestasi Kumulatif
Sa Su Sayang Ko : Saya sudah sayang kamu (re: Ambon)
Matric card : Kartu Mahasiswa

To be continue...

Cerpen: WANITA PERTAMA #WP1



Wanita Pertama #WP1


---------------------------------------

Suara hentakan dari flatshoes vincci itu terdengar perlahan. Debu-debu di sekeliling tangga enggan bertebaran. Begitu hati-hati sang kaki berjalan. Dress berwarna cream yang digunakan, tersingkap sehingga mata kaki. Khawatir, dress bisa membuat kaki tersungkur.


Beberapa tetes peluh pun jatuh, membasahi kerudung biru laut yang di gunakan. Wanita itu terus berusaha menapaki anak tangga, menuju ruangan laboratorium di lantai 3. Perlahan, padahal ia sangat terburu-buru. Wanita itu, membawa bakal buah hati di dalam rahimnya, yang menjadi penguat diri.


"Qinrana... kamu tidak libur saja dulu. Istirahat dirumah ? Usia kandunganmu sudah 7 bulan kan..." Wanita yang lain itu panik, melihat wanita itu basah pakaiannya oleh keringat.

"Lihat, tangan dan kaki mu gemetaran."


Ya, Qinrana hanya terdiam dan mengatur nafas dengan sebaiknya.

"Saya baik-baik saja, insyaAllah..."

Qinrana, wanita pertama tadi, tersenyum.

"Ya ngak bisa gitu dong, kasian janin di dalam kandungan mu itu." Remia, masih mengkerutkan alisnya. Remia menuntun Qinrana untuk duduk di kursi.


"Aku ambilkan air di pantry ya Qin, tunggu bentar ya."


Qinrana, wanita pertama tadi tersenyum dan mengangguk.


----------------------------------------


"Saya mempunyai amanah di sana." Pria itu mendekap nya erat, wanita yang dia nikahi seminggu yang yang lalu.


Keramaian di Bandara Internasional Kuala Lumpur tersekat bagi telinga wanita itu. Apatah lagi hatinya, sungguh ini sebuah keterpaksaan.


"Saya akan melepon kamu sesampainya saya di Ambon. Dari Kuala Lumpur saya akan transit dulu di Jakarta, setelah itu saya langsung ke Ambon."


Suara masih tersekat di tenggorokan wanita itu, apatah lagi air mata dan emosi jiwa nya. Ia hanya diam dan memberikan senyum manisnya.


"Semoga senyuman ini bukan sebuah keterpaksaan, Qinrana... jangan pernah sesali itu" Ucapnya dalam hati, pada dirinya sendiri.


"Qinrana, saya berangkat dulu. Semoga kita bersabar pada jarak dan waktu yang tersekat." Pria berjaket abu tua itu melepaskan dirinya dari wanita itu. Wanita yang menjadi istrinya.


Langkah kaki pria itu terdengar menyakitkan, bagi kedua telinga Qinrana. Hilangnya bayangan pria itu memilukan, bagi sepasang mata Qinrana. Sepinya suara pria itu membuat sendu, meski di keramaian aktivitas bandara saat itu.


Pertahanan bendungan air mata Qinrana tidak kuat, banjir di pipi merahnya.


---------------------------------


"Qin, kamu gak apa-apa?" Remia datang ke laboratorium dengan membawa 500 ml air mineral.


"Saya baik-baik saja Remia." Qinrana, menyembunyikan air matanya.

"Sebaiknya ke ruang diskusi ya Re. Kan di lab gak boleh minum." Sambung Qinrana.


"Iya, Qin." Datar, remia menjawab. Alis remia semakin mengkerut. Di fikirannya semakin banyak tanda tanya. Qinrana kenapa ?


To be continue...

Wednesday 16 January 2019

Review Mee Tarik Warisan Asli

Assalamu'alaikum, kali ini saya akan mereview tentang makanan. First post in 2019 is about food.
Singkat cerita saat silaturrahim ke Johor dengan teman saya, di ajak lah makan di mee tarik. Awalnya udah familiar sih dengan mee tarik ini, karna terdapat di beberapa mall di johor. Kirain gak halal, ternyata alhamdulillah, halal guys. Ada sertifikat halal dari JAKIM (Jabatan Kementrian Islam Malaysia). Baiklah langsung di coba.

Saya review mee tarik cabang Paradigm Mall Johor Bahru dan membandingka cita rasaya dengan mee tarik cabang AEON Kulai Mall.
Gambar 1: Mee Tarik Special Chicken Soup
Porsi nya besar, kalau makan kenyang banget. Menu gambar satu terdiri dari braised chicken slice, sayur sawi, mee tarik medium size dan kuah sup spesial yang khas dengan aroma wijennya. Harganya cukup affordable sekitar RM 14 ++ (Rp 50,000 ++). Nah, ini foto yang saya ambil ketika makan di Paradigm Mall Johor Bahru, kalau yang di AEON Mall Kulai, waktu itu bedanya di ayamnya, diganti dengan daging ayam cincang. Kalau soal rasa, yang di Paradigm Mall sup nya rasanya light sedangkan yang di AEON Kulai rasanya lebih heavy. Rating untuk gambar 1 saya kasi 9/10.

Gambar 2: Wet Fry Mee with special sauce
Nah, kalau pak suami pesan nya wet fry mee with special sauce. Menu ini terdiri dari mee tarik small size, saus pedas yang rasanya mirip saus bistik, daging sapi cincang, jamur, wortel dan kacang panjang. Rasanya pedess banget dan bikin nagih guys. Porsinya juga besar. Harganya sekitar RM 16++ (Rp 65,000++). Di sebelah mee juga ada foto minuman, babao teh namanya. Signature Drink dari mee tarik ini. Bentuknya boleh agak aneh tapi rasanya bikin angetin tenggorokan dan seger. Yang bisa saya lihat komposisi babao teh terdiri dari goji berry, kurma, bunga chrysanteum, jasmine tea dan sejenis asam gitu. Harganya sekitar RM 6-+ (Rp 21,000 -+). Saya kasi rating 9.2/10 untuk babao teh dan 7.5/10 untuk menu gambar 2.

Gambar 3: Babao teh kiri - es teh cina kanan

Untuk minuman saya sendiri, saya pesa es teh cina. Tehnya wangi dan rasanya sedikit tawar, gak bikin pusing dan eneg sih. Harganya rm 3++ (Rp 10,000++). Saya kasi rating 8.5/10. Untuk tempat restorannya sendiri, bersih, tempat duduk strategis dan rapi, pelayanannya juga ramah dan tidak lama menunggu hidangan. Yang saya paling saya sukai pemandangan di cabang Paradigm Mall ialah bisa lihat langsung aksi Mee tarik nya oleh orang China Muslim.

Gambar 4: Aksi Mee Tarik oleh China Muslim

Untuk info lebih lanjut, bisa kunjungi website mereka ya guys dengan klik ini Mee Tarik Warisan Asli . Sekian review dari saya. Ini opini pribadi ya guys.


Wassalam.

Kuala Lumpur, 16 Januari 2018